Tergila-gila Surga
May 17, 2016
Suatu malam saya mampir ke inbox Bu Ida S. Widayanti. Mengirim pesan tersebab rasa penasaran yang tertahan sejak awal Januari. Perihal tarif sebagai seorang pembicara. Sewaktu tim IPC menghubungi beliau untuk diminta sebagai pembicara dalam event milad, beliau bilang tak ada standar/penetapan tarif, hanya untuk transportasi beliau bilang sekian rupiah. Padahal dilihat dari background dan jam terbangnya, rasanya aneh masih ada manusia seperti Bu Ida di jaman sekarang. Lantas apa pasal?

Beliau menjawab pertanyaan saya,
"Saya dan suami komitmen setiap yang kami lakukan tidak perlu semuanya di bayar di dunia.. itu saja semoga jadi bekal saat saya pulang nanti...."
Dan dengan sebuah puisi yang menghentakkan hati saya. Tak hanya soal menyoal tarif sebagai seorang pembicara, tapi juga dalam berbagai hal dalam lini kehidupan yang sudah sepatutnya kita renungkan.
Tergila-gila Surga
Oleh: Bu Ida S. Widayanti
Pernahkah engkau tergila-gila surga?
Hingga kemilau dunia pun redup di matamu
Hingga senyum senantiasa menyertai detik mu
Hingga tak ada satupun keluh bersama harimu
Pernahkah surga seakan nyata di matamu
Hingga masalah duniamu kau rasakan terlampau kecil
Hingga pundakmu terlalu lebar untuk pikul beban mu
Hingga tenagamu terlalu besar tuk selesaikan tugas
Pernahkah kau mabuk dengan surga?
Hingga wajahmu lekat di sujudmu
Hingga kau nikmati panjang doamu
Hingga matamu tak dapat terpejam di ujung malam
Pernahkah engkau begitu merindukan surga?
Hingga umurmu kau rasakan terlalu panjang untuk segera menikmatinya
Karena engkau yakin di sanalah akan bertemu dengan kekasih Abadi
Jakarta, 17 November 2007
Saya hanya bisa terdiam. Benar, dunia hanya persinggahan sementara. Jika kita tergila-gila terhadap suatu barang/hal/impian kita akan berupaya berikhtiar dan berdoa agar menjadi kenyataan. Adakah hal yang sama kita lakukan, sudahkah kita tergila-gila surga dan tergila-gila bertemu Allah dan Rasul-Nya?
0 Comments