Menjadi Ibu Mendewasakanku
September 20, 2016Dulu, gampang banget ya curhat ini itu ke mama. Tapi setelah menjadi ibu, perihal suami atau mertua seakan tabu buat dibagi.
Dulu, mungkin ujian hidup bisa diitung dengan jari. Tapi setelah menjadi ibu, ujian datang seolah dari segala penjuru bumi dan silih berganti.
Dulu, ga banyak orang yang dipikirin. Tapi setelah menjadi ibu, pikiran menjalar ke suami, anak pertama, anak kedua, anak ketiga, dst., hingga orang tua, mertua, ipar, ....
Dulu, masa lalu ga mengambil peran terlalu jauh. Tapi setelah menjadi ibu, inner child muncul menggebu-gebu.
Bener-bener ujian yang menjadi ajang pembuktian, sudah seberapa dewasakah saya setelah menjadi seorang ibu?
Baca juga Jangan Takut Menjadi Tua
Hari ini... gegara topik ini, saya mulai baca-baca lagi pelajaran psikologi, hehe. Survei membuktikan kalau saya amnesia sama yang udah pernah saya pelajari di bangku kuliah dulu *tutup muka sambil cengengesan*. Alhamdulillah nulis di sini jadi recalling lagi.
*Ijin dulu* ke depan bahasanya nano-nano ya, non formal-formal, rada susah membahasakan kembali, bisa-bisa beda arti :D Pertamanya saya mau bahas dulu mengenai dewasa awal.
*Ijin dulu* ke depan bahasanya nano-nano ya, non formal-formal, rada susah membahasakan kembali, bisa-bisa beda arti :D Pertamanya saya mau bahas dulu mengenai dewasa awal.
Masa dewasa awal menurut tokoh Psikologi Papalia adalah merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Masa ini disebut masa muda. Transisi ini ditunjukkan dengan kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan (karir, nilai-nilai, keluarga, hubungan, dan gaya hidup), dan merupakan transisi dari sekolah menengah menuju universitas. Tahapan perkembangan ini dimulai ketika seseorang berumur 20 tahun - 40 tahun.
Mengenai kedewasaan/kematangan diri ada beberapa definisi menurut para ahli Psikologi. Yang paling mudah dipahami menurut saya definisi dari Maslow. Menurutnya kedewasaan ditandai dengan kemampuan seseorang dalam mengaktualisasikan diri, menggunakan dan memanfaatkan secara utuh seluruh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi dsb. Dilengkapi oleh P. Tillich bahwa kedewasaan biasanya ditandai dengan adanya keberanian untuk hidup, sifat yang mandiri, serius, tekun, rasa tanggung jawab, serta dapat menerima kenyataan hidup.
Karena usia menikah (menjadi ibu) berkisar di usia dewasa awal, perlu deh mengetahui apa saja tugas perkembangan kita.
Karena usia menikah (menjadi ibu) berkisar di usia dewasa awal, perlu deh mengetahui apa saja tugas perkembangan kita.
Inilah tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut Havighurst:
1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
Ta'aruf nih yeee....
2. Belajar hidup bersama dengan suami istri.
Ajang menerima segala kelebihan dan kekurangan suami istri
Ajang menerima segala kelebihan dan kekurangan suami istri
3. Mulai hidup dalam keluarga atau berkeluarga.
Massa bertambah, ada anak-anak, orang tua/mertua jika masih hidup bersama dalam satu rumah.
Massa bertambah, ada anak-anak, orang tua/mertua jika masih hidup bersama dalam satu rumah.
4. Mengelola rumah tangga.
Manajemen pembagian tugas dan peran, pengelolaan keuangan, dll.
Manajemen pembagian tugas dan peran, pengelolaan keuangan, dll.
5. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
6. Mulai bertanggung jawab sebagai seorang warga Negara yang layak.
Mulai membuat ktp, kartu keluarga, bayar pajak, mematuhi peraturan lalu lintas, dll.
Mulai membuat ktp, kartu keluarga, bayar pajak, mematuhi peraturan lalu lintas, dll.
7. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
Kalau dulu sebelum menikah masih hobi genk-genk-an, setelah menikah memilih untuk berkomunitas yang sefrekuensi.
Kalau dulu sebelum menikah masih hobi genk-genk-an, setelah menikah memilih untuk berkomunitas yang sefrekuensi.
Udah ngerjain semua tugas-tugas di atas? :D Dalam melaksanakannya, pasti deh yang namanya ujian akan selalu ada. Yang pasti semakin nunjukin kalau kita udah dewasa ato belum dalam menghadapinya.
![]() |
gambar: eremedia.com |
Soal kedewasaan ini, ada beberapa gagasan Allport mengenai kedewasaan:
1. Allport tidak percaya bahwa orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi, tidak didorong oleh konflik tak sadar. Begitu pula dengan tingkah laku mereka, tidak ditentukan oleh hal atau kejadian yang jauh dari pandangan (masa lalu). Kekuatan-kekuatan tak sadar itu hanya mempengaruhi orang yang neurosis. Individu yang sehat dan yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing mereka, serta dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu.
2. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma dan konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat dibimbing dan diarahkan pada masa sekarang, oleh intensi dan aspirasi-aspirasi masa depan, berpandangan optimis, tidak kembali pada masa lalu.
3. Antara orang yang sehat dan orang neurosis tidak ada kesamaan secara fungsional. Dalam pandangan Allport orang yang neurotis berada pada kehidupan konflik dan pengalaman masa anak-anak, sedangkan orang yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
4. Allport lebih memfokuskan mempelajari orang dewasa yang matang, berlawanan dengan tokoh psikologi lainnya yang lebih berfokus pada orang neurosis.
**Neurosis adalah gangguan mental yang mengenai sebagian kecil aspek kepribadian, dan orang yang mengalaminya masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Bagi saya gagasan Allport cukup menarik. Jika masih belum bisa dewasa menghadapi setiap ujian dan tantangan dalam menjalankan tugas perkembangan sebagai seorang ibu, berarti kita masih berada pada lingkup neurosis. Masih dikontrol dan berada di lingkup kehidupan konflik dan pengalaman masa lalu. Dulu saya sih iyes *jujur. Menerima dan memaafkan masa lalu, serta menyadari jika saya hidup di masa sekarang bukan di masa lalu adalah cara saya menjadi dewasa.
Menjadi ibu bener-bener tantangan yang luar biasa, tapi mendewasakanku.
Kalo ibu sendiri bagaimana?
Bagi saya gagasan Allport cukup menarik. Jika masih belum bisa dewasa menghadapi setiap ujian dan tantangan dalam menjalankan tugas perkembangan sebagai seorang ibu, berarti kita masih berada pada lingkup neurosis. Masih dikontrol dan berada di lingkup kehidupan konflik dan pengalaman masa lalu. Dulu saya sih iyes *jujur. Menerima dan memaafkan masa lalu, serta menyadari jika saya hidup di masa sekarang bukan di masa lalu adalah cara saya menjadi dewasa.
Menjadi ibu bener-bener tantangan yang luar biasa, tapi mendewasakanku.
Kalo ibu sendiri bagaimana?
43 Comments
Aku...merasa makin dewasa dan *sadar umur* kl mau ngapa-ngapain.
ReplyDeleteDitentuin dr segi kepantasan juga siih..
"Masa iya, seorang Ibu mau begini terus..?"
Itu yg kepikiran pertama, Un..
Misal kyk nonton KDrama ya mba, masa udah ibu2 masih semangat korea2an :p wkwkwk.. *becuanda
DeleteSetelah baca ini, aku mau belajar jadi ibu yang baik dan sholeha sama teteh ah *salim*
ReplyDeleteHuhu aamiin.. masih jauuh neess,,
DeleteMenjadi dewasa itu syulit ya, Mba. Pengen balik lagi ke masa-masa dimana masalah terbesar cuma ulangan matematika. Duh, saya beluj move on dr masa lalu :(
ReplyDeleteBeneer bgt.. ulangan matetematika atau ada yang nembak terima ato tolak? Xixi
DeleteAduh baca ini jadi keingetan buku Papalia-ku mba kayaknya udah di jual ke tukang loak :D
ReplyDeleteDewasa juga bisa terbentuk sendirinya sesuai peranan lingkungan y mba terkadang lingkungan ga mendukung membuat kita ga bisa mendewasakan diri padahal tuntutan perkembangannya juga sudah berbeda.
Betul2.. aduh kasian bukunya X(
DeleteJadi ibu itu mendewasakanku juga, mbak. Mau bersikap kekanak-kanakan, rasanya malu sama anak. Ibu adalah madrasah pertama mereka, kalo kita salah sekali aja, bisa diingat terus sama mereka. Semoga kita mampu menjadi ibu yang sholihah dan tangguh. *hiaatt*
ReplyDeleteAamiin,, bener mba, apa2 diliat n dcontoh sm anak2..
DeleteJadi ibu membuat kita mulai lebih dewasa memandang sesuatu dan mencari teman yang sefrekuensi. Daaan... semakin malu untuk curhat pada teman. Curhatnya pada suami dan pada Allah. :D
ReplyDeletebangga jadi ibu
Paling enak sm Allah ya mba :) suami jg..
DeleteSepertinya lebih dewasa anakku daripada emaknya.
ReplyDeleteWihihi... gimana ceritanya teh?
DeleteBelum punya anak sih, dengan ngebaca ini setidaknya pandangan makin terbuka. Apalagi melihat saudara saya dan ipar. Bagaimana mereka memposisikan diri di tengah kondisi keluarga yang pasrinya berbeda. Antara mertua dan keluarga sendiri.
ReplyDeleteDan memang, setelah menikah eman lebih asik kalo "ngegengs" dengan teman yg sefrekuensi.
Iya bener mba, harus pinter2 memposisikan diri ya.
Deletesaya sepakat, males curhat ama ibu, soalnya takut jd bebannya
ReplyDeleteDan lagi klo ibu denger curhatan kita, bisa2 mempengaruhi pandangan beliau terhadap suami/mertua ya mba..
Deletesemua akan dewasa pada waktunya...
ReplyDeletelalu???
hehehe... tulisan yang menarik. Terima kasih Ibu Bahagia
Sama2 mb.,
DeleteKalau suka mengenang masa kecil, apa berarti belum move on Mba? Hanya mengenang sih..tapi ngga jd kekanak-kanakan juga..
ReplyDeleteKalo masa kecilnya happy ya ga donk mba ^_^
DeleteDi rumah aku anak perempuan tertua jadi sudah membiasakan diri untuk bersikap dewasa, meski kadang sulit hehe
ReplyDeleteSemangat mba, bisa! (^_^)/
Deletewaahhh, tugas perkembangan dewasa awal ini mengingatkan saya ke mata kuliah psi. perkembangan, hahaha.
ReplyDeleteSesama S.Psi sepertinya hoho.. tooosss mbaa
DeleteHi Mbak,
ReplyDeleteFirst of all ini kayaknya kali pertama aku mampir kesini dan langsung suka sama templatenya yang cantik! Oh ya, tulisan ini kayak ngebuka mata hati aku juga. Aku sadar walaupun jabatan udah okay tapi kayaknya masih labil banget. Mungkin nanti setelah menikah dan punya anak akan lebih dewasa lagi. Aamiin. Thanks for sharing kak!
Regards,
PutriKPM
Hallo mba putri,, salam kenaal.. makasi udah mampir.. semoga segera bertemu jodohnya di waktu yg tepat :)
Deleteaku sudah menikah.. tapi blm punya anak...jd rasanya kaya masih pacaran main main dan masih suka ngambek ngambekan.. huhu
ReplyDeleteCieee.. ciee..
DeleteDulu waktu single aku manja dan cengeng setelah berkeluarga harus tangguh dan mandiri
ReplyDeleteSamaan mba :) semangat!
DeleteMenjadi ibu itu menyenangkan mba,mungkin karena anakku masih bayi ya jadi belum banyak masalab yang saya alami
ReplyDeleteAda masa2nya mba :) dan tiap orang pasti beda2, semangat!
DeleteAku tertarik sama istilah neurosis itu. Apa "stress" termasuk juga, Mba? Karena tidak bisa dibedakan jadi harus psikolog yang menilai ya?
ReplyDeleteNext insya Allah mau nulis soal neurosis.. beda mba antara stres sm neurosis :)
Deletepostingannya bagus mbak :D
ReplyDeleteaku dikit2 mulai harus belajar ini speertinya belajar menjadi istri dulu sih, sekalian nyari calonnya dulu XD
Semoga segera di waktu terbaik ya mba ^^
DeleteBener, mba. Menjadi ibu memang semakin mendewasakan. Hal-hal yang dulu kita anggap simpel teryata ya tak semudah yang dbiayangkan ya mba :)
ReplyDeleteBetuuul bangeet mbaa
Deleteiya mba, menjadi ibu itu artinya belajar,memahami dunia anak.sebelum memberi contoh yg baik, harus diri sendiri di perbaiki.polapikir pun sdh berganti bukan anak ABG lagi, tetapi memikirkan keluarga dan masa depan
ReplyDeleteRight! Setujuh
DeleteBetul banget, menjadi ibu itu membuat kita semakin dewasa...
ReplyDelete